Pengertian
Penyesuaian Diri
Penyesuaian
dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut:
- Penyesuaian berarti adaptasi;
dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survise” dan memperoleh
kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan sosial.
- Penyesuaian juga dapat juga
diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu sesuatu
dengan standar atau prinsip.
- Penyesuaian dapat diartikan
sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk mmebuat rencana dan
mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi
segala macam konflik, kesulitan, dan frutasi-frutasi secara efisien.
Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekuat/ memenuhi syarat.
- Penyesuaian dapat diartikan
penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah
secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai
keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Konsep Penyesuaian Diri yang Baik
Apa
itu penyesuaian diri yang baik? Pasti itu yang ada dibenak kita setelah kita
mendengar konsep penyesuaian diri yang baik. Orang yang dapat menyesuaikan diri
dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang matang, efisien,
memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah orang yang sangat
tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.
Istilah
“sehat” berarti respons yang baik untuk kesehatan, yakni cocok dengan kodrat
manusia, dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan tanggung jawabnya.
Kesehatan merupakan cirri yang sangat khas dalam penyesuaian diri yang baik.
singkatnya, meskipun memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian, orang yang
dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap
situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik,
frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang
simtomatik. Karena itu, ia relative bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan
kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Ia
menciptakan dunia hubungan antarpribadi dan kepuasan-kepuasan yang ikut
menyumbangkan kesinambungan pertumbuhan kepribadian.
Penyesuaian Diri adalah Relatif
Penyesuaian
diri seperti yang telah dirumuskan diatas adalah relatif karena tidak ada orang
yang dapat menyesuaikan diri secara sempurna. Penyesuaian diri harus dinilai berdasarkan
kapasitas individu untuk mengubah dan menanggulangi tuntutan-tuntutan yang
dihadapi dan kapasitas ini berbeda-beda menurut kepribadian dan tingkat
perkembangan.
Penyesuaian
diri juga bersifat relatif karena berbeda-beda menurut norma-norma sosial dan
budaya, serta individu itu sendiri pun berbeda-beda dalam bertingkah laku.
Bahkan orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik kadang-kadang merasa
bahwa ia menghadapi situasi atau masalah yang melampaui kemampuannya untuk
menyesuaikan diri.
Penyesuaian Diri versus Moralitas
Pemakaian
baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam
posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan
tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa
keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau
etika. Setiap orang dapat berbicara tentang kesehatan yang baik dan buruk, atau
cuaca yang baik atau buruk dengan tidak memperhatikan pandangan moral atau
etika. Kita tidak melihat tingkah laku yang tidak dapat menyesuaikan diri
sebagai sesuatu yang secara moral buruk atau juga orang yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik sabagai teladan kebajikan yang sempurna. Kemampuan
menyesuaikan diri tidak dapat disamakan dengan kebajikan, atau ketidakmampuan
menyesuaikan diri disamakan dengan dosa. (Mowrer, 1960). Tetapi sering kali
terjadi bahwa imoralitas merupakan akar dari ketidakmampuan menyesuaikan diri
dan sudah pasti penyesuaian diri yang sehat dalam pengertian yang sangat luas
harus juga mencakup kesehatan moral.
Karakteristik Penyesuaian Diri
Ada
rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan seorang tidak berhasil melakukan
penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau
mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut
ada individu-individu yang dapat menyesuaikan diri secara positif, dan
penyesuaian diri yang salah.
- Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan
penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
1) Tidak
menunjukan adanya ketegangan emosional
2) Tidak
menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
3) Tidak
menunjukan adanya frustasi pribadi
4) Memiliki
pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5) Mampu
dalam belajar
6)
Menghargai pengalaman ‘
7) Bersikap realistik dan
objektif
Dalam melakukan penyesuaian diri
secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
1) Penyesuaian
dengan mengahadapi masalah secara langsung
2) Penyesuaian dengan
melakukan eksplorasi (penjelajahan)
3) Penyesuaian dengan
trial and error atau coba-coba
4) Penyesuaian dengan
subtitusi (mencari pengganti)
5) Penyesuaian diri dengan
menggali kemampuan diri
6) Penyesuaian dengan
belajar
7) Penyesuaian dengan
inhibisi dan pengendalian diri
8) Penyesuaian dengan
perencanaan yang cermat
Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah yaitu:
1) Reaksi Bertahan
Bentuk
khusus reaksi ini antara lain:
·
Rasionalitas,
yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan
tindakannya.
·
Represi
yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam
tidak sadar
·
Proyeksi,
yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari
alasan yang dapat diterima
·
“Sour
grapes”(anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan kenyataan
2) Reaksi Menyerang
Orang
yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang
bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari
kegagalannya. Reaksi-reaksinya yang tampak dalam tingkah laku:
a) Selalu membenarkan diri sendiri
b) Mau berkuasa dalam setiap situasi
c) Mau memiliki segalanya
d) Bersikap senang mengganggu orang
lain
e) Menggertak baik dengan ucapan maupun
dengan perbuatan
f) Menunjukan sikap permusuhan secara
terbuka
g) Menunjukan sikap menyerang dan
merusak
h) Keras kepala dalam perbuatannya
i)
Bersikap
balas dendam
j)
Memperkosa
hak orang lain
k) Tindakan yang serampangan
l)
Marah
secara sadis
3) Reaksi Melarikan Diri
Dalam
reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri
dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku
sebagai berikut:
a)
Berfantasi,
yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan
seolah-olah sudah tercapai)
b)
Banyak
tidur
c)
Minum-minuman
keras
d)
Bunuh
diri
e)
Menjadi
pencandu ganja, narkotika
f)
Regresi,
yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang
lebih awal
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
1) Kondisi-kondisi
fisik
2) Perkembangan
dan kematangan (emosional, sosial, moral, keagamaan, dan intelektual)
3) Penentu
psikologis
- Pengalaman
- Belajar
- Determinasi diri
- Kondisi lingkungan
- Pengaruh rumah dan keluarga
- Hubungan orang tua dan anak
- Hubungan saudara
- Masyarakat
- Sekolah
4)
Penentu kultural dan agama
Daftar
Pustaka
hristensen.j.paula.2009.proses
keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
Semium,
yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar