Asmaul Husna

Ayat-ayat Al-qur'an



Kamis, 29 Mei 2014

Konsep Penyesuaian Diri Yang Sehat

Pengertian Penyesuaian Diri
Penyesuaian dapat diartikan atau dideskripsikan sebagai berikut:
  1. Penyesuaian berarti adaptasi; dapat mempertahankan eksistensinya, atau bisa “survise” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial.
  2. Penyesuaian juga dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan sesuatu sesuatu dengan standar atau prinsip.
  3. Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk mmebuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frutasi-frutasi secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang adekuat/ memenuhi syarat.
  4. Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional yang tepat pada setiap situasi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian adalah usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya.
Konsep Penyesuaian Diri yang Baik
                Apa itu penyesuaian diri yang baik? Pasti itu yang ada dibenak kita setelah kita mendengar konsep penyesuaian diri yang baik. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang memiliki respons-respons yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Sebaliknya, orang yang neurotic adalah orang yang sangat tidak efisien dan tidak pernah menangani tugas-tugas secara lengkap.
                Istilah “sehat” berarti respons yang baik untuk kesehatan, yakni cocok dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan tanggung jawabnya. Kesehatan merupakan cirri yang sangat khas dalam penyesuaian diri yang baik. singkatnya, meskipun memiliki kekurangan-kekurangan kepribadian, orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi-situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik-konflik, frustasi-frustasi dan masalah-masalah tanpa menggunakan tingkah laku yang simtomatik. Karena itu, ia relative bebas dari simtom-simtom, seperti kecemasan kronis, obsesi, atau gangguan-gangguan psikofisiologis (psikosomatik). Ia menciptakan dunia hubungan antarpribadi dan kepuasan-kepuasan yang ikut menyumbangkan kesinambungan pertumbuhan kepribadian.

Penyesuaian Diri adalah Relatif
              Penyesuaian diri seperti yang telah dirumuskan diatas adalah relatif karena tidak ada orang yang dapat menyesuaikan diri secara sempurna. Penyesuaian diri harus dinilai berdasarkan kapasitas individu untuk mengubah dan menanggulangi tuntutan-tuntutan yang dihadapi dan kapasitas ini berbeda-beda menurut kepribadian dan tingkat perkembangan.
            Penyesuaian diri juga bersifat relatif karena berbeda-beda menurut norma-norma sosial dan budaya, serta individu itu sendiri pun berbeda-beda dalam bertingkah laku. Bahkan orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik kadang-kadang merasa bahwa ia menghadapi situasi atau masalah yang melampaui kemampuannya untuk menyesuaikan diri.

Penyesuaian Diri versus Moralitas
                Pemakaian baik dan buruk menempatkan seorang psikolog dalam ilmu kesehatan mental dalam posisi untuk membuat penilaian terhadap tingkah laku yang sebenarnya diharapkan tidak dilakukan oleh seorang ilmuwan. Tetapi dapat dikemukakan di sini bahwa keputusan untuk menilai bukan sesuatu yang khas bagi bidang ilmu moral atau etika. Setiap orang dapat berbicara tentang kesehatan yang baik dan buruk, atau cuaca yang baik atau buruk dengan tidak memperhatikan pandangan moral atau etika. Kita tidak melihat tingkah laku yang tidak dapat menyesuaikan diri sebagai sesuatu yang secara moral buruk atau juga orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sabagai teladan kebajikan yang sempurna. Kemampuan menyesuaikan diri tidak dapat disamakan dengan kebajikan, atau ketidakmampuan menyesuaikan diri disamakan dengan dosa. (Mowrer, 1960). Tetapi sering kali terjadi bahwa imoralitas merupakan akar dari ketidakmampuan menyesuaikan diri dan sudah pasti penyesuaian diri yang sehat dalam pengertian yang sangat luas harus juga mencakup kesehatan moral.

Karakteristik Penyesuaian Diri
Ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan seorang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin di luar dirinya. Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan tersebut ada individu-individu yang dapat menyesuaikan diri secara positif, dan penyesuaian diri yang salah.
  1. Penyesuaian Diri Secara Positif
Mereka yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut:
1)  Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional
2)  Tidak menunjukan adanya mekanisme-mekanisme psikologis
3)  Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi
4)  Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri
5)  Mampu dalam belajar
6)  Menghargai pengalaman ‘
7)  Bersikap realistik dan objektif
Dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukannya dalam berbagai bentuk, antara lain:
1)  Penyesuaian dengan mengahadapi masalah secara langsung
2)  Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
3)  Penyesuaian dengan trial and error atau coba-coba
4)  Penyesuaian dengan subtitusi (mencari pengganti)
5)  Penyesuaian diri dengan menggali kemampuan diri
6)  Penyesuaian dengan belajar
7)  Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri
8)  Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat

Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah yaitu:
1)  Reaksi Bertahan
Bentuk khusus reaksi ini antara lain:
·         Rasionalitas, yaitu bertahan dengan mencari-cari alasan (dalam) untuk membenarkan tindakannya.
·         Represi yaitu berusaha untuk menekan pengalamannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar
·         Proyeksi, yaitu melemparkan sebab kegagalan dirinya kepada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat diterima
·         “Sour grapes”(anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan kenyataan
2) Reaksi Menyerang
Orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah menunjukkan tingkah laku yang bersifat menyerang untuk menutupi kegagalannya. Ia tidak mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya yang tampak dalam tingkah laku:
a)      Selalu membenarkan diri sendiri
b)      Mau berkuasa dalam setiap situasi
c)      Mau memiliki segalanya
d)     Bersikap senang mengganggu orang lain
e)      Menggertak baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
f)       Menunjukan sikap permusuhan secara terbuka
g)      Menunjukan sikap menyerang dan merusak
h)      Keras kepala dalam perbuatannya
i)        Bersikap balas dendam
j)        Memperkosa hak orang lain
k)      Tindakan yang serampangan
l)        Marah secara sadis
 3)  Reaksi Melarikan Diri
Dalam reaksi ini orang yang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, reaksinya tampak dalam tingkah laku sebagai berikut:
a)      Berfantasi, yaitu memuaskan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-angan seolah-olah sudah tercapai)
b)      Banyak tidur
c)      Minum-minuman keras
d)     Bunuh diri
e)      Menjadi pencandu ganja, narkotika
f)       Regresi, yaitu kembali kepada tingkah laku yang semodel dengan tingkat perkembangan yang lebih awal

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
1) Kondisi-kondisi fisik
2) Perkembangan dan kematangan (emosional, sosial, moral, keagamaan, dan intelektual)
3) Penentu psikologis
- Pengalaman
- Belajar
- Determinasi diri
- Kondisi lingkungan
- Pengaruh rumah dan keluarga
- Hubungan orang tua dan anak
- Hubungan saudara
- Masyarakat
- Sekolah
4) Penentu kultural dan agama

Daftar Pustaka
hristensen.j.paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta
http://belajarpsikologi.com/pengertian-penyesuaian-diri/
Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar