Nama : Rikzan Akbar
Kelas : 3PA01
NPM : 16512384
Psikoanalisa secara umum
berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memegang peranan
sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya
dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena ada dorongan-dorongan
yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang disadari maupun yang tidak
disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Teori dan teknik
Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya penyembuhan mental pasiennya yang
dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan pandangan mengenai
peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia. Psikoanalisa sebagai
teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul
karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya
dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa kanak-kanak yang
ditekan.
Terapi psikoanalisa adalah
teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan
dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan
yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini menekankan menggali seluruh
informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh
klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik,
maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional
antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien
dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan
permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis.
Terapi psikoanalisa biasa
digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah yang berkaitan
dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah sadar pada
manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri (Id,
Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian kesadaran (consciousness)
dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan
pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu. Contoh beberapa masalah yang
dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan
masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya
sehari-hari.
Dalam melakukan terapi psikoanalisa ini ada
beberapa teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut;
Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam
psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free
association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu
metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada
pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk
mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa
diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi
bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal
dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar
sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak
disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk
mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam
bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia
rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis
masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan
dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk
dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada
saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus
bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres,
memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang
mendasari perilaku yang tidak disadari).
Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi adalah prosedur dasar yang
digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi
dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis
untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku
apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan
terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk
mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang
tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar
secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan
adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien.
Analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan
untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam
perangkap penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien
menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh
analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi
kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.
Analisis Mimpi
Studi Freud yang mendalam tentang mimpi
melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi
merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki
kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan
yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes.
Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi,
simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka
dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke
dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si
pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan
vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu
konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud
mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang
penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien
untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan.
Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga
perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan,
meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa
menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini
biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang,
menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap
makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat
dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta
klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian
untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.
Analisis dan interpretasi resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan
kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari.
Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan
ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan
pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai
dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi
sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan
penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari
alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis
meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah
material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara
mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.
Analisis dan interpretasi transferensi
Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan
dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses
terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak
terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan
mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau
ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi
yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada
terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang
diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat
dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat
berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini
mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari
tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar
klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan
yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya
kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis
menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak
memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi
(pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua,
yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan
perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta
kepada terapis. Negatif: saat kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang
perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal
terhadap proses terapi.
Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau
dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan
mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku
tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan
perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu,
sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang
semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak
terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi
kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan
yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.
Terapi psikoanalisa ini lebih efektif digunakan
untuk mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari
tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini
memiliki dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui
masalah apa yang selama ini tidak disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki
kekurangan seperti diperlukan waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi,
memakan biaya yang banyak, dan memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.
DAFTAR PUSTAKA
- Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Thompson learning: USA.
- Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dari Introduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
- D.Gunarsa, Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulia: Jakarta.
- Hartosujono. Diktat Psikologi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyaka
- https://nurainiajeeng.wordpress.com/2013/03/17/terapi-psikoanalisa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar